HUT PWRI Ke-63 Tahun 2025, Ditandai Pengukuhan PAW Pengurus PWRI Kabupaten Tulungagung Periode 2023-2028

journals Rabu, Jul 30, 2025 12:06

Pengukuhan PAW Pengurus PWRI Kabupaten Tulungagung Periode 2023-2028, di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso.
Pengukuhan PAW Pengurus PWRI Kabupaten Tulungagung Periode 2023-2028, di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso.

Tulungagung,Journalsatu.com – Dalam rangka HUT PWRI Ke-63 tahun 2025, Bupati Tulungagung Gatut Sunu Wibowo, lakukan pengukuhan PAW pengurus PWRI Kabupaten Tulungagung periode 2023-2028, di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso. Rabu, (30/7/2025).

Acara tersebut dihadiri Jajaran Forkopimda, OPD terkait, Ketua PWRI Provinsi Jawa Timur, Dr. H. Mashoet, M.Si., Ketua PWRI Kabupaten Tulungagung, Drs. Bambang Setyo Sukardjono, M.Si., Ketua Assosiasi Batik Tulungagung, Prayogi S. Gamawijaya, ST., para pengurus dan ratusan anggota PWRI Kabupaten Tulungagung.

Mengusung tema “Dengan Semangat Merah Putih kita Teguhkan Peran PWRI dalam Proses Transformasi Kultural Kaum Lansia Menuju Indonesia Emas” dalam acara tersebut juga dilakukan Lounching seragam Batik PWRI Tulungagung dengan salah satu varian bermotif Ande Ande lumut gagrag Tulungagung oleh Bupati Tulungagung.

Ketua PWRI Kabupaten Tulungagung, Drs. Bambang Setyo Sukardjono, M.Si., Ketua Assosiasi Batik Tulungagung, Prayogi S. Gamawijaya, ST.

Ketua PWRI Kabupaten Tulungagung, Bambang Setyo Sukardjono, menyampaikan, terkait partisipatoris dan emansipatoris Wredatama melalui program penguatan kelembagaan yang meliputi aktivasi keorganisasian, advokasi anggota (Tapera), kerjasama antar lembaga, gaya hidup sehat, ikut usaha pemajuan kebudayaan daerah dengan tetap menjaga spirit kebersamaan kesukarelaan, kemandirian (umkm) dengan suasana hati riang gembira (imunitas), serta beberapa usulan berdasarkan hasil kajian ekologis, toponimis, dan sejarah batik Tulungagung, oleh PWRI bersama Asosiasi Batik Wastra Tulungagung.

“Usulan tersebut tentang, Penetapan Bhumi Ngrowo sebagai nama batik khas Tulungagung, Percepatan regulasi (perbup) untuk menetapkan motif batik khas daerah, Penetapan motif Gajahmada, Gayatri, Ande ande lumut, dan Nilaswarna sebagai batik khas Tulungagung, serta Pengajuan motif Gajahmada (yang telah eksis selama 93 tahun) sebagai warisan budaya takbenda, yang dibacakan oleh Suprayogi Gama Wijaya, yang merupakan pengusaha Batik Satrio Manah,” ucapnya.

Selain itu lanjut Bambang, dalam acara tersebut juga dilakukan Ekspose program konsumsi telur dan beras sehat, murah, ramah lingkungan, dan mendukung petani, serta Ekspose Ketoprak Genre “Spontan” sebagai upaya pelestarian ketoprak dan pengembangan Nyiswabudaya.

“Intinya agar para Wredatama tidak menjadi “beban sosial” seperti semakin tingginya biaya perawatan, turunnya tingkat produktivitas, turunnya pertumbuhan ekonomi,” ucapnya.

Hal senada disampaikan Ketua PWRI Provinsi Jawa Timur, Dr. H. Mashoet, M.Si.,

Ketua PWRI Provinsi Jawa Timur, Dr. H. Mashoet, M.Si.

melalui jalan “transformasi budaya” yaitu proses perubahan kolektif perilaku individu (hati, pikiran dan keterampilan baru) untuk mendukung tujuan bersama dengan mengaktivasi kegiatan olah raga, olah olah rasa, olah karsa, olah cipta dan olah karya, diharapkan mampu menjaga kondisi kesehatan/gaya hidup sehat.

“Kemandirian dan tingkat produktivitasnya sebagaimana transformasi di negara-negara maju yang penduduknya menua seperti Jepang dan lain lain,” tuturnya.

Sementara dalam kesempatan tersebut, Bupati Tulungagung, Gatut Sunu Wibowo, sangat mengapresiasi peran penting Wredatama yang tergabung dalam PWRI Kabupaten Tulungagung. Menurutnya tema yang diusung dalam rangka HUT PWRI ke-63 mempunyai syarat makna yang sangat dalam.

Bupati Tulungagung, Gatut Sunu Wibowo.

“Bukan sekedar rangkaian kata, melainkan sebuah panggilan visi besar bagi kita semua. Semangat Merah Putih adalah jiwa bangsa kita, yang melambangkan keberanian, kemurnian, dan persatuan semangat,” terang Bupati Gatut Sunu.

“Inilah yang seharusnya terus menyala dalam diri setiap anggota PWRI, semangat yang mendorong kita untuk terus berkarya, mengabdi, dan memberikan kontribusi terbaik meskipun telah memasuki usia purna bhakti,” ujarnya.

Anggota PWRI adalah pensiunan, akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa anggota PWRI tidak lagi memberikan manfaat bagi kita yang masih aktif bekerja,

Bupati menuturkan, pengalaman panjang anggota PWRI di dalam pengabdian bisa menjadi mata air kebijaksanaan pada semua, yang mana dengan seluruh jejak pengabdian dan keteladanannya, merupakan sumber inspirasi yang sangat dibutuhkan khususnya untuk menyuburkan pembangunan di Kabupaten Tulungagung.

“PWRI adalah gudang ilmu pengalaman dan kearifan, sebagai jembatan penghubung antara masa lalu dan masa depan. Kami di jajaran Pemerintah Kabupaten Tulungagung menaruh hormat dan berikan penghargaan yang setinggi tingginya kepada PWRI, kami berharap PWRI dapat terus menjadi wadah yang sangat inspiratif dan produktif bagi para purna tugas,” kata Bupati.

“Teruslah berkarya, teruslah mengabdi dan teruslah menjadi teladan bagi generasi penerus, agar kedepan terwujud masyarakat Tulungagung yang Sejahtera, Maju, Mandiri, Percayadiri dan Berakhlaq Mulia Sepanjang Masa,” pungkasnya.

Selanjutnya, Bupati Tulungagung,Gatut Sunu Wibowo, menyatakan, pada hari Rabu, tanggal 30 Juli tahun 2025, Batik Wedhatama Ande-ande Lumut, dinyatakan resmi sebagai seragam khas PWRI Kabupaten Tulungagung. (Pur)

Posted in

Rekomendasi

Terkini