Jadi Fasilitas Pendidikan Pertama Yang Mendapatkan Program MBG, SMKN 2 Kabupaten Trenggalek Komitmen Bangun Budaya Industri 3+1

journals Rabu, Sep 24, 2025 11:39

Kepala SMKN 2 Kabupaten Trenggalek, Masrur Hanafi.
Kepala SMKN 2 Kabupaten Trenggalek, Masrur Hanafi.

Trenggalek,Journalsatu.com – Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 2 Kabupaten Trenggalek menyambut baik kesempatan menjadi fasilitas pendidikan pertama yang mendapatkan program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Hal ini disampaikan Kepala SMKN 2 Kabupaten Trenggalek, Masrur Hanafi, dalam keterangannya kepada awak media pada Selasa (23/9/2025).

Menurutnya, tidak sekadar menunggu, civitas akademika SMKN 2 Kabupaten Trenggalek berkomitmen membangun budaya Industri 3+1, budaya yang diyakini dapat membentuk karakter generasi penerus, yang mana program MBG yang telah masuk sekitar satu bulan lalu, diproyeksikan dalam sehari, sekolah kejuruan tersebut mendapatkan jatah 2.200 paket makanan siap saji, walaupun diakuinya, belakangan jumlah paket MBG tersebut berkurang karena siswa kelas XII sedang melaksanakan Praktik Kerja Industri (Prakerin).

“Jadi, kami sekolah pertama yang mendapatkan program MBG paling banyak. Hampir 1.500 paket tiap hari, bahkan kalau nanti kelas XII masuk, bisa 2.200 paket,” terangnya.

Hanafi mengungkapkan, melalui Budaya Industri 3+1, yang terdiri atas rajin, bersih, rapi, dan efisien, pihaknya ingin menciptakan karakter generasi penerus yang lebih berkualitas.

“Di sini ada pembelajaran, bukan sekadar mendistribusikan MBG, tapi bagaimana membangun budaya saat makan, menyelesaikan makan, mengembalikan barang, merapikan barang, membersihkan lingkungan, serta mengembalikan omprengnya,” tuturnya.

Untuk mengontrol penerapan Budaya Industri 3+1, lanjut Hanafi, SMKN 2 Kabupaten Trenggalek telah membentuk kelompok kerja (Pokja) yang beranggotakan 17 orang dari tiap kelas, yang mana Pokja tersebut penting dalam menjaga mekanisme pendistribusian MBG agar sesuai dengan Budaya Industri 3+1.

“Distribusi MBG harus benar-benar tersalur, efisien waktu, efektif, budaya bersih, dan budaya rapi harus ada. Dan ketika dilakukan setiap hari, itu menjadi pangkal tolak SMK dalam menciptakan budaya industri,” tegasnya.

Dari pengamatannya selama satu bulan terakhir, Hanafi mengaku siswa semakin disiplin mulai dari pendistribusian MBG, pengecekan kelengkapan, hingga membersihkan sampah.

“Jadi ketika MBG belum datang maupun setelah didapatkan, kondisi lingkungan tetap terjaga bersih. Itu juga efisien waktu bagi kegiatan belajar mengajar,” pungkasnya. (Pur)

Posted in

Rekomendasi

Terkini